Mega Aulia

sejarah kucing teras, Zoro dan Susu

Zoro.

Pertama kali pindah ke rumah ini--setahun pertama--ada kucing jantan putih hitam yang suka datang ke rumah. Saking seringnya, kami panggil Zoro. Tapi tidak kami beri makan rutin, hanya sesekali saja. Zoro sakit-sakitan, cenderung sering flu. Karena tidak siap berkomitmen untuk memelihara kucing, dan saya juga tidak siap kalau harus ditinggal kucing mati--sudah pernah dan rasanya sedih sekali--jadi kami tidak begitu memperhatikan dia.

Setelah hampir setahun Zoro datang ke rumah, kami menyadari ada seekor kucing lain yang mengikuti Zoro. Kali ini kucing betina tortoiseshell. Entah darimana datangnya, yang pasti dia galak. Tidak bisa kami dekati, cuma menempel Zoro saja. Karena sering datang juga, lama-lama dia hafal dengan kami. Kucing itu sempat tertular Zoro, bersahut-sahutan flu.

Itu cerita tahun lalu. Suatu hari, Zoro berhenti datang, dan kami asumsikan mati. Normal untuk kucing liar yang tidak dipelihara. Tapi si kucing betina sudah telanjur betah di teras kami, dan berangsur-angsur sehat. Saya panggil si kucing dengan sebutan Telon meskipun dia lebih cocok dipanggil Tortie; karena tiga warna dan lucu aja dipanggil Telon.

Pertama saya beri makan tiga hari sekali, berlanjut jadi sehari sekali. Lama-lama dia tahu kapan kami pulang kantor dan selalu menunggu di depan rumah, meloncat minta makan. Lama-lama kami jadi suka nyetok makanan kucing juga. Namun saya masih menjadikan dia kucing teras. Saya alergi bulu kucing sekarang, mudah sekali gatal dan batuk.

Telon sering nongkrong dan tidur di teras. Selain saya, yang suka mengajak main dia adalah tetangga di ujung blok yang juga punya kucing. Abang lama-lama jadi suka sama dia dan mengganti namanya menjadi Susu. (Kenapa namanya Susu? Katanya berilah nama hewan peliharaan berdasarkan sesuatu yang disukai. Whether it's milk or breast you'll never know.)

Susu.

Rupanya Susu adalah kembang desa. Banyak jantan yang mengincar dia. Dua kali saya melihat dia hamil, tapi herannya saya tidak tahu dia menyimpan anaknya di mana. Tahu-tahu hilang beberapa hari dan dia kembali dengan perut kempes--tapi mana anaknya?

Suatu hari, dia datang dengan darah di vaginanya. Saat duduk di teras, bekas tempatnya ada darah. Saya panik dan meminta Abang membawa dia ke dokter. Menurut dokter, dia kena infeksi rahim; ada nanah di dalamnya. Dokternya kayaknya separo scam karena harganya mahal banget dan cenderung fearmongering. pas cek ulang google review baru sadar banyak review bayaran. Tapi untungnya obat yang diberikan adalah obat betulan dan Susu berangsur-angsur membaik.

Dari kejadian itu, saya bertekad mau memberlakukan TNR untuk Susu: Trap, Neuter, Release. Karena dia tidak kemana-mana, jadi Trap-nya tidak ada, dia dibiarkan di teras saja. Berhubung kata dokter tidak bisa langsung steril, saya menunggu sampai kondisinya lebih optimal, sambil nabung....

Sampai akhirnya dia hilang beberapa hari, dan kembali lagi dalam keadaan hamil. Saya baru sadar setelah kira-kira sebulan. Kecolongan!

Pelan-pelan perut Susu membesar, tentu saja. Tetangga kini sudah tahu kami sering memberi makan Susu; bahkan kami punya tempat makan dan minum yang proper di teras. Dari obrolan dengan tetangga, saya baru tahu sejarah dan info-info Susu yang lain. Sebelumnya saya dan Abang tidak tahu karena sehari-hari lebih banyak di luar rumah.

Ternyata, Susu adalah mantan kucing rumahan. Pemilik sebelumnya meninggalkan dia karena pindah rumah dan tidak membawanya. Mungkin saat itulah Zoro memutuskan untuk "membawa" Susu ke rumah kami. Itu juga sebabnya Susu takut orang asing (pada awalnya).

Lalu, tentang kehamilan Susu: ternyata dia melahirkan di rumah tetangga. Tepatnya di bawah atap rumahnya. Kali pertama tidak dia urus dan anaknya dibawa tukang sampah entah ke mana. Kali kedua dibawa ke kolong garasi, kata tetangga saya, dan setelah itu mungkin tidak tertolong juga. Tetangga saya juga baru bercerita bahwa Susu menjebol genting rumahnya dua kali karena mencari tempat melahirkan. Sampai harus mencari tukang untuk memperbaiki.

(Tambahan lain: Zoro ternyata mati di garasi rumahnya. Entah mengapa, kucing-kucing yang suka main ke rumah saya, kok memilih ke rumah dia untuk hal-hal penting seperti mati atau melahirkan...)

Saya dan suami terkejut, tentu saja. Berarti selama ini, kami menzalimi tetangga, karena hanya memberi makan saja. Maka setelah berdiskusi dengan suami, kami pun membelikan kandang untuk Susu. Kandang yang cukup besar agar dia bisa tetap bergerak--dan tentu saja stok makanan, pasir, dan air.

74AA72F1-CD4A-45C1-86E5-FC0E30A450F7

Kegiatan kami bertambah sekarang: setiap bangun tidur dan pulang kantor, membersihkan pasir dan kandang adalah agenda utama. Saya tidak berani membersihkan karena alergi dan takut penyakit, jadi Abang yang melakukan semuanya.

Hampir lima hari ada di kandang, pagi ini Susu melahirkan tiga anak. Saya dan suami sungguh lega karena tiga anaknya nampak sehat dan gemuk. Dia pun mau mengurus anaknya. Mungkin kemarin dia tidak mengurus anaknya karena tidak menemukan tempat yang cukup aman untuk bersarang.

Setelah ini, saya masih dalam agenda utama saya: menunggu sampai anak-anaknya cukup besar, lalu mensterilkan Susu. Susu akan kami lepas lagi menjadi kucing teras kalau sudah disteril. Mengenai anak-anaknya, kami berencana akan memeliharanya di kandang--satu atau dua. Satu lagi akan dilepas juga dan diusahakan steril. Bisa juga di-open adopt kalau ada yang berminat.

Saya sama sekali nggak berpikir akan memelihara kucing. But I guess the cat distribution system has chosen us. Semoga kucing-kucing ini sehat dan bahagia.

IMG_5098


Reply via email

#id #journal #life